Sabtu, 04 Mei 2013

Belajar dari Pertanyaan si Kecil (Tulisanku di Jawa Pos For Her)

Alhamdulillah, untuk kali ke-2 tulisanku dimuat di Jawa Pos. Kali ini dimuat di rubrik Perempuan Bercerita Jawa Pos For Her pada hari Selasa tanggal 30 April 2013.
Tidak banyak yang diedit, cuma beberapa kata saja.




Belajar dari Pertanyaan si Kecil

Masih banyak orang tua yang berfikir, kalau aktivitas belajar hanya dilakukan oleh anak-anak saja. Setelah tiba waktunya menjadi orang tua, mereka berfikir kalau kini saatnya berhenti untuk belajar, dan saatnya mengajari anak. Padahal Rasulullah SAW sudah berpesan dalam haditsnya bahwa “Belajar itu dari buaian hingga liang lahat” yang artinya bahwa aktivitas belajar itu harusdilakukan seumur hidup.

Terkadang kita merasa malu atau terlalu sombong untuk belajar pada orang yang kedudukan maupun ilmunya berada di bawah kita, contohnya belajar pada anakkita sendiri. Padahal jika kita mau, kita bisa mendapatkan banyak pelajarandari anak kecil yang kita anggap lemah dan belum mengerti apa-apa tersebut. Bisajadi, dari diri merekalah kita mendapatkan motivasi maupun stimulus untuk terus belajar.Misalnya dari pertanyaan mereka tentang apa saja.

Pertanyaan-pertanyaan anaksering membuat kening kita berkerut dan akhirnya mau belajar.
Kadangkala kita sebagai orangtua mengira mereka tidak mungkin menanyakan hal tersebut, tetapi kenyataannya malah mereka tanyakan. Misalnya, yang kualami pada putra sulungku, Aghif, yang masih dudukdi bangku TK.

Suatu hari, sulungku itu memintaku menyanyikan lagu Indonesia Raya dari buku Kumpulan Lagu-lagu Wajib/Nasional. Tanpa pikir panjang, langsung kunyanyikan lagu itu. Tapi ketika aku baru mulai menyanyi, “Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku”, eh… dia sudah nyeletuk, “Bu, tanah tumpah darah itu apa sih Bu, darah siapa yang tumpah?”.

Nah lho, siapa sangka akan dapat pertanyaan sepertiitu. Setahuku belum ada orang yang mempermasalahkan tentang hal itu. Waduh, harus berfikir keras nih. Bagaimana menjawab pertanyaan itu dengan bahasa yang bisa dimengerti anak umur 5 tahun tanpa mematahkan rasa ingin tahunya yang besar.

Akhirnya kudapatkan jawabannya dari Kamus Besar BahasaIndonesia. Dan kujawab begini padanya, “Mas, tanah tumpah darah itu bukan darah orang yang tumpah. Itu adalah ungkapan untuk menyatakan tanah tempat kelahiran kita, yaitu negara kita Indonesia”.

Pernah juga waktu selesai kubacakan buku yang berjudul Laba-laba, dia bertanya mengapa laba-laba betina itu setelah bertelur langsung mati. Karena memang waktu itu aku belum bisa menjawab pertanyaannya, maka dengan jujur kukatakan kepada dia,” Ibu belum dapat menjawab pertanyaan Mas Aghif.Ibu cari dulu di buku atau bertanya pada teman Ibu, atau mencari dari internet ya”.

Jadilah aku banyak belajar untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya tersebut. Setelah aku searching di internet, ternyata yang menyebabkan laba-laba betina mati setelah bertelur adalah karena laba-laba ketika sedang mengandung, dia memberikan asupan gizi di tubuhnya pada telurnya yang banyak tersebut. Karena itu, setelah tiba saatnya telur-telur tersebut menetas,zat gizi yang terdapat dalam tubuh laba-laba habis, dan akhirnya mereka mati.

Aghif juga pernah bertanya, “Bu, mengapa ikan itu berenang, dan tidak berjalan seperti aku?” Pertanyaan yang sulit lagi, dan lagi-lagi aku harus belajar, buka buku sains, buku anak-anak, majalah, maupun searching di internet. Dan kudapatkan jawaban ini, “Ikan itu berenang karena tempat hidupnya di air, dan dia mempunyai alat gerak yang mendukungnya untuk berenang yaitu sirip dan ekor. Ikan tidak dapat berjalan seperti manusia karena tempat hidupnya berbeda dengan manusia. Manusia hidup di darat, makanya manusia berjalan jika ingin berpindah tempat, karena alat gerak manusia adalah kaki.Sedangkan ikan ada di air, jadi dia berenang karena mempunyai sirip dan ekor”.

Putraku itu juga pernah bertanya tentang agama.“Bu, mengapa Allah itu menciptakan orang-orang jahat di bumi ini? Apa gunanya menciptakan orang jahat, mengapa bukan orang-orang baik saja yang diciptakan?”
Pertanyaan yang kritis dan aku mesti membuka-buka buku agama dan buku psikologi, agar bisa memberikan jawaban yang benar dan dapat diterima oleh akal anak usia TK.

Akhirnya kudapatkan jawaban ini, “Mas, Allah menciptakan orang jahat itu juga ada manfaatnya lho. Coba Mas Aghif pikir, kalau nggak ada orang jahat maka nggak ada juga orang yang yang disebut baik bukan? Seseorang bisa dikatakan baik, karena ada orang lain yang berbuat tidak baik atau jahat. Kalau manusia di bumi ini berbuat baik semua maka setan bisa pensiun dong, karena nggak ada kerjaan”.

“Iya ya, Bu,” katanya sambil tertawa.

Ah… seandainya anakku tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan kritis itu, mungkin aku sudah malas untuk membaca buku, koran, diktat-diktat sewaktu kuliah, maupun koleksi majalah lamaku lagi. Dan mungkin aku tak terdorong untuk mengenal internet karena tidak ada motivatornya.

Ternyata berguru tidak hanya dari bangku sekolah atau kuliah saja, tapi lebih dari itu. Marilah berguru kepada kehidupan, kepada orang-orang yang dekat dengan kita, kepada anak-anak kita.


(Rubrik Perempuan Bercerita, Jawa Pos For Her)

Selasa, 30 April 2013



Syarat kirim tulisan ke For Her Jawa Pos rubrik Perempuan Bercerita, ada di bawah ini:


2 komentar:

  1. thanks mbak, atas sharing critanya...mudah2an bisa nyusul. :)
    salam kenal ya..








    BalasHapus