Alhamdulillah, untuk kali ke-2 tulisanku dimuat di Jawa Pos. Kali ini dimuat di rubrik Perempuan Bercerita Jawa Pos For Her pada hari Selasa tanggal 30 April 2013.
Tidak banyak yang diedit, cuma beberapa kata saja.
Belajar dari Pertanyaan si Kecil
Masih
banyak orang tua yang berfikir, kalau aktivitas belajar hanya dilakukan
oleh anak-anak saja. Setelah tiba waktunya menjadi orang tua,
mereka berfikir kalau kini saatnya berhenti untuk belajar, dan saatnya
mengajari anak. Padahal Rasulullah SAW sudah berpesan dalam haditsnya
bahwa “Belajar itu dari buaian hingga liang lahat” yang artinya bahwa
aktivitas belajar itu harusdilakukan seumur hidup.
Terkadang
kita merasa malu atau terlalu sombong untuk belajar pada orang yang
kedudukan maupun ilmunya berada di bawah kita, contohnya belajar pada
anakkita sendiri. Padahal jika kita mau, kita bisa mendapatkan banyak
pelajarandari anak kecil yang kita anggap lemah dan belum mengerti
apa-apa tersebut. Bisajadi, dari diri merekalah kita mendapatkan
motivasi maupun stimulus untuk terus belajar.Misalnya dari pertanyaan
mereka tentang apa saja.
Pertanyaan-pertanyaan anaksering membuat kening kita berkerut dan akhirnya mau belajar.
Kadangkala
kita sebagai orangtua mengira mereka tidak mungkin menanyakan hal
tersebut, tetapi kenyataannya malah mereka tanyakan. Misalnya, yang kualami pada putra sulungku, Aghif, yang masih dudukdi bangku TK.
Suatu hari, sulungku itu memintaku menyanyikan lagu Indonesia Raya dari buku Kumpulan Lagu-lagu Wajib/Nasional.
Tanpa pikir panjang, langsung kunyanyikan lagu itu. Tapi ketika aku baru
mulai menyanyi, “Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku”, eh… dia
sudah nyeletuk, “Bu, tanah tumpah darah itu apa sih Bu, darah siapa yang tumpah?”.
Nah lho,
siapa sangka akan dapat pertanyaan sepertiitu. Setahuku belum ada orang
yang mempermasalahkan tentang hal itu. Waduh, harus berfikir keras nih.
Bagaimana menjawab pertanyaan itu dengan bahasa yang bisa dimengerti anak
umur 5 tahun tanpa mematahkan rasa ingin tahunya yang besar.
Akhirnya kudapatkan jawabannya dari Kamus Besar BahasaIndonesia.
Dan kujawab begini padanya, “Mas, tanah tumpah darah itu bukan
darah orang yang tumpah. Itu adalah ungkapan untuk menyatakan tanah
tempat kelahiran kita, yaitu negara kita Indonesia”.
Pernah juga waktu selesai kubacakan buku yang berjudul Laba-laba,
dia bertanya mengapa laba-laba betina itu setelah bertelur
langsung mati. Karena memang waktu itu aku belum bisa menjawab
pertanyaannya, maka dengan jujur kukatakan kepada dia,” Ibu belum dapat
menjawab pertanyaan Mas Aghif.Ibu cari dulu di buku atau bertanya pada
teman Ibu, atau mencari dari internet ya”.
Jadilah aku banyak belajar untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya tersebut. Setelah aku searching
di internet, ternyata yang menyebabkan laba-laba betina mati setelah
bertelur adalah karena laba-laba ketika sedang mengandung, dia memberikan
asupan gizi di tubuhnya pada telurnya yang banyak tersebut. Karena itu,
setelah tiba saatnya telur-telur tersebut menetas,zat gizi yang terdapat
dalam tubuh laba-laba habis, dan akhirnya mereka mati.
Aghif
juga pernah bertanya, “Bu, mengapa ikan itu berenang, dan tidak berjalan
seperti aku?” Pertanyaan yang sulit lagi, dan lagi-lagi aku harus
belajar, buka buku sains, buku anak-anak, majalah, maupun searching di
internet. Dan kudapatkan jawaban ini, “Ikan itu berenang karena
tempat hidupnya di air, dan dia mempunyai alat gerak yang mendukungnya
untuk berenang yaitu sirip dan ekor. Ikan tidak dapat berjalan seperti
manusia karena tempat hidupnya berbeda dengan manusia. Manusia hidup di
darat, makanya manusia berjalan jika ingin berpindah tempat, karena alat
gerak manusia adalah kaki.Sedangkan ikan ada di air, jadi dia berenang
karena mempunyai sirip dan ekor”.
Putraku itu
juga pernah bertanya tentang agama.“Bu, mengapa Allah itu menciptakan
orang-orang jahat di bumi ini? Apa gunanya menciptakan orang jahat,
mengapa bukan orang-orang baik saja yang diciptakan?”
Pertanyaan
yang kritis dan aku mesti membuka-buka buku agama dan buku psikologi,
agar bisa memberikan jawaban yang benar dan dapat diterima oleh akal anak
usia TK.
Akhirnya kudapatkan jawaban ini, “Mas, Allah menciptakan orang jahat itu juga ada manfaatnya lho. Coba Mas Aghif pikir, kalau nggak ada orang jahat maka nggak
ada juga orang yang yang disebut baik bukan? Seseorang bisa dikatakan
baik, karena ada orang lain yang berbuat tidak baik atau jahat. Kalau
manusia di bumi ini berbuat baik semua maka setan bisa pensiun dong,
karena nggak ada kerjaan”.
“Iya ya, Bu,” katanya sambil tertawa.
Ah…
seandainya anakku tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan kritis itu,
mungkin aku sudah malas untuk membaca buku, koran, diktat-diktat
sewaktu kuliah, maupun koleksi majalah lamaku lagi. Dan mungkin aku tak
terdorong untuk mengenal internet karena tidak ada motivatornya.
Ternyata
berguru tidak hanya dari bangku sekolah atau kuliah saja, tapi lebih
dari itu. Marilah berguru kepada kehidupan, kepada orang-orang yang dekat
dengan kita, kepada anak-anak kita.
(Rubrik Perempuan Bercerita, Jawa Pos For Her)
Selasa, 30 April 2013
Syarat kirim tulisan ke For Her Jawa Pos rubrik Perempuan Bercerita, ada di bawah ini:
thanks mbak, atas sharing critanya...mudah2an bisa nyusul. :)
BalasHapussalam kenal ya..
sama-sama mbak, salam kenal juga...
Hapus