Rabu, 17 Februari 2010

Kumpulan Puisi Islami

Curahan hati kepada sang Ilahi Rabbi yang kutuangkan dalam baris demi baris puisi:


RAMADHAN
Oleh: Faiza

Selamat datang Ramadhan
Selamat bersua kembali
Sungguh suatu kehormatan
Dapat bercengkrama lagi denganmu

Meskipun dulu
Tak pernah sedikit pun aku merasa beruntung
bertemu denganmu
Yang kulakukan hanyalah
Berpesta pora
Merayakan kepergianmu



Kini …
Setelah tubuh ini kotor
Oleh noda dan dosa
Setelah terjerembab tubuhku
Dalam kubangan penuh lumpur tak berair
Setelah lelah aku menggapai
Dan tak kunjung kutemukan
Dahan, ranting, bahkan ilalang
Yang dapat mengangkatku keatas

Barulah aku sadar
Begitu berartinya kau,

Ramadhan …
Hanya engkau yang mampu
Mengentaskanku dari sana
Menanggalkan pakaianku yang dulu
Dan menggantinya dengan
Pakaian taqwa


Mandirejo, 1 Ramadhan 1424 H
26 Oktober 2003 M





SEBUAH RENUNGAN
Oleh: Faiza

Ilahi …
Telah sering aku mendengar seruan
Yang Engkau sampaikan kepadaku
Sudah sering kudengar alunan suara
Mengagungkan asma-Mu

Tapi …
Kedloifan dan kebodohan
Selalu mendorongku untuk menjauhi-Mu

Ya Robbi …
Kau tak pernah tahu
Berapa banyak waktu
Yang telah kubuang sia-sia
Berapa lama aku terlena
Akan gemerlapnya nikmat duniawi
Hingga aku lupa
Tak pernah lagi mengingat-Mu

Ilahi …
Begitu banyak dosa yang telah aku lakukan
Aku dapat menyembunyikannya dari makhluk-Mu
Tapi …
Engkau selalu melihatku
Segala yang kulakukan dan kuperbuat

Kini …
Aku datang kepada-Mu
Aku datang bersimpuh di kaki-Mu
Astaghfirullaahal Adhiim
Innaahu kaana ghoffaaro


Mandirejo, medio September 2002







MISTERI ALAM

Oleh: Faiza

Kudengar alam ini berkata
Kata dalam diamnya
Kata yang menyimpan berjuta makna
Dalam kebisuannya

Kuingin berguru padamu
Tentang arti kehidupan
Tentang misteri yang tersimpan didalamnya

Banyak ….
Banyak sekali yang belum kutahu

Sedikit ….
Sedikit sekali yang sudah kutahu

Katakan padaku
Mengapa tak lelah angin bertiup

Ceritakan padaku
Mengapa tak jemu mentari bersinar
Di sepanjang masa

Setia ….
Setia selalu
Menemani hidup manusia

Yang tak pernah terucap di sudut bibirnya
Sebuah kata “terima kasih”


Sabtu, 24 Maret 2001



Tidak ada komentar:

Posting Komentar